- Belanda diduga akan membebani
rakyat dengan berbagai kewajiban yang meberatkan seperti dimasa kekuasaan
VOC.
- Belanda mungkin akan mempraktikkan
kembali monopoli perdagangan.
Sebagai awal ungkapan
kemarahan, rakyat serentak menyampaikan protes di bawah pimpinan Thomas
Matulessy. Mereka menyerahkan daftar keluhan rakyat kepada Belanda yang
ditandatangani oleh 21 Penguasa dari daerah Saparua dan Nusa Laut. Belanda
ternytaa tidak menanggapi suara protes rakyat. oleh karena itu, rakyat Saparua
dan Nusa Laut berniat melakukan gerakan perlawanan terhadap Belanda yang
kemudian didukung oleh rakyat di Honimoa, Haruku, Ambonia, Seram, dan daerah
lainnya.
Pada sebuah pertemuan
yang berlangsung 9 Mei 1817 rakyat Maluku di Saparua mengangkat Thomas
Matulessy seabgai pimpinan gerakan perlawanan rakyat dengan gelar Pattimura. Ia
dinilai memiliki kecakapan di bidang kepemimpinan dan militer. Pada saat
Inggris berkuasa di Malku, ia memasuki dinas militer dengan pangkat terakhir
mayor.
Pada pertemuan
berikutnya, para pejuang Maluki bertekad untuk merebut Benteng Duurstede dan
mengusir semua penghuninya. Pada 15 Mei 1817 aksi perlawanan terhadap pemerintah
Hindia Belanda dimulai. mulanya mereka merampas perahu-perahu pos yang berada
di Pelabuhan Porto. Setelah itu, mreka mulai menyerang benteng. Banyak serdadu
Belanda yang ditangkap dan dibunuh, termasuk Residen Porto, van den Berg. Saat
itu juga benteng Duurstede jatuh ke tangna rakyat Maluku.
Gubernur van
Middelkoop terkejut mendengar kerjadian itu. Ia segera mengirim pasukan dari
Ambon di bawah pimpinan Mayor Beetjes. Pasukan ini didaratkan di Saparua pada
20 Mei 1817. Akan tetapi, begitu mendarat, rakyat Sparua menyambutnya dengna
serentetan tembakan. Dengan termaksa pasukan Beetjes memutar haluan dan
membelokkannya ke sebuah tikungan teluk di sebelah kiri benteng. Di tempat ini,
lagi-lagi Paskan Beetjes kembali disambut serangan gencar. Pasukan Beetjes
menjadi kacau balau, sebaliknya rakyat maluku semakin bersemangat. Belanda
berusaha untuk mundur, tetapi pasukan Pattimura terus mengejarnya. Di dalam
pertempuran ini, Mayor Beetjes tewas.
Sebagai embalasan atas
kekalahannya, Belanda segera menempatkan kapal-kapal perangnya di perairan
Saparua. Serangan segera dilancarkan dengna menembakkan meriam ke arah
Duurstede secara terus menerus. Pada 2 Agustus 1817 BElanda berhasil menduduki
Benteng Duurstede. Namun, mereka gagal menangkap Pattimura. Oleh karena itu,
Belanda segera melancarkan politik adu domba.
Belanda mengumumkan
kepada khalayak, hadia sebesar 1.000 Gulden akan diberikan bagi siapa yang bisa
menginformasikan keberadaan Pattimura. Ternyata jerat Belanda mengenai sasaran.
Raja Boi memberi tahu tempat persembunyian Pattimura. Belanda kemudian
megerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap Pattimura di Bukit Boi,
Pada 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi hukuman gantung di Benteng Nieuw
Victoriadi kota Ambon. Penangkapan Patimura telah mengakhiri perjuangan rakyat
maluku.
Maluku termasuk daerah yang paling awal didatangi oleh
Belanda yang
kemudian berhasil memaksakan monopoli perdagangan. Rempah-rempah Maluku
hanya boleh dijual kepada Belanda. Kalau tidak dijual kepada Belanda, maka mereka
dicap sebagai penyelundup dan pembangkang. Maka latar belakang terjadinya
perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Thomas Matulessi yang lebih dikenal
dengan nama Kapiten Pattimura, adalah sebagai berikut.
kemudian berhasil memaksakan monopoli perdagangan. Rempah-rempah Maluku
hanya boleh dijual kepada Belanda. Kalau tidak dijual kepada Belanda, maka mereka
dicap sebagai penyelundup dan pembangkang. Maka latar belakang terjadinya
perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Thomas Matulessi yang lebih dikenal
dengan nama Kapiten Pattimura, adalah sebagai berikut.
1) Kembalinya pemerintahan kolonial Belanda di Maluku
dari tangan Inggris. Perubahan penguasa dengan
sendirinya membawa perubahan kebijaksanaan dan
peraturan. Apabila perubahan itu menimbulkan banyak
kerugian atau penghargaan yang kurang, sudah barang
tentu akan menimbulkan rasa tak puas dan
kegelisahan.
dari tangan Inggris. Perubahan penguasa dengan
sendirinya membawa perubahan kebijaksanaan dan
peraturan. Apabila perubahan itu menimbulkan banyak
kerugian atau penghargaan yang kurang, sudah barang
tentu akan menimbulkan rasa tak puas dan
kegelisahan.
2) Pemerintah kolonial Belanda memberlakukan kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib. Pada zaman
pemerintahan Inggris penyerahan wajib dan kerja wajib
(verplichte leverantien, herendiensten) dihapus, tetapi
pemerintah Belanda mengharuskannya lagi. Tambahan
pula tarif berbagai barang yang disetor diturunkan,
sedang pembayarannya ditunda-tunda.
penyerahan wajib dan kerja wajib. Pada zaman
pemerintahan Inggris penyerahan wajib dan kerja wajib
(verplichte leverantien, herendiensten) dihapus, tetapi
pemerintah Belanda mengharuskannya lagi. Tambahan
pula tarif berbagai barang yang disetor diturunkan,
sedang pembayarannya ditunda-tunda.
3) Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan uang
kertas
sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di
Maluku, menambah kegelisahan rakyat.
sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di
Maluku, menambah kegelisahan rakyat.
4) Belanda juga mulai menggerakkan tenaga dari
kepulauan Maluku untuk menjadi Serdadu (Tentara)
Belanda.
kepulauan Maluku untuk menjadi Serdadu (Tentara)
Belanda.
b. Jalannya Perlawanan
Protes rakyat di bawah pimpinan Thomas Matulessi diawali dengan
penyerahan daftar keluhan-keluhan kepada Belanda. Daftar itu ditandatangani oleh
21 penguasa orang kaya, patih, raja dari Saparua dan Nusa Laut. Namun tidak
mendapat tanggapan dari Belanda. Pada tanggal 3 Mei 1817 kira-kira seratus orang,
di antaranya Thomas Matulessi berkumpul di hutan Warlutun dan memutuskan
untuk menghancurkan benteng di Saparua dan membunuh semua penghuninya.
Pada tanggal 9 Mei berkerumunlah lagi sejumlah orang yang sama di tempat
tersebut. Dipilihnya Thomas Matulessi sebagai kapten.
Serangan dimulai pada tanggal 15 Mei 1817 dengan menyerbu pos Belanda di
Porto. Residen Van den Berg dapat ditawan, namun kemudian dilepas lagi.
Keesokan harinya rakyat mengepung benteng Duurstede dan direbut dengan penuh
semangat. Seluruh isi benteng itu dibunuh termasuk residen Van den Berg beserta keluarga
dan para perwira lainnya. Rakyat Maluku berhasil menduduki benteng Duurstede.
Setelah kejadian itu, Belanda mengirimkan pasukan yang kuat dari Ambon
lengkap dengan persenjataan di bawah pimpinan Mayor Beetjes. Ekspedisi ini
berangkat tanggal 17 Mei 1817. Dengan perjalanan yang melelahkan, pada tanggal
20 Mei 1817 pasukan itu tiba di Saparua dan terjadilah pertempuran dengan pasukan
Pattimura. Pasukan Belanda dapat dihancurkan dan Mayor Beetjes mati tertembak.
Belanda berusaha mengadakan
perundingan dengan Pattimura namun
tidak berhasil sehingga peperangan terus
berkobar. Belanda terus-menerus menembaki
daerah pertahanan Pattimura
dengan meriam, sehingga benteng
Duurstede terpaksa dikosongkan.
Pattimura mundur, benteng diduduki
Belanda, tetapi kedudukan Belanda
dalam benteng menjadi sulit karena
terputus dengan daerah lain. Belanda
minta bantuan dari Ambon. Setelah
bantuan Belanda dari Ambon yang
dipimpin oleh Kapten Lisnet dan Mayer datang, Belanda mengadakan serangan besarbesaran
(November 1817).
Protes rakyat di bawah pimpinan Thomas Matulessi diawali dengan
penyerahan daftar keluhan-keluhan kepada Belanda. Daftar itu ditandatangani oleh
21 penguasa orang kaya, patih, raja dari Saparua dan Nusa Laut. Namun tidak
mendapat tanggapan dari Belanda. Pada tanggal 3 Mei 1817 kira-kira seratus orang,
di antaranya Thomas Matulessi berkumpul di hutan Warlutun dan memutuskan
untuk menghancurkan benteng di Saparua dan membunuh semua penghuninya.
Pada tanggal 9 Mei berkerumunlah lagi sejumlah orang yang sama di tempat
tersebut. Dipilihnya Thomas Matulessi sebagai kapten.
Serangan dimulai pada tanggal 15 Mei 1817 dengan menyerbu pos Belanda di
Porto. Residen Van den Berg dapat ditawan, namun kemudian dilepas lagi.
Keesokan harinya rakyat mengepung benteng Duurstede dan direbut dengan penuh
semangat. Seluruh isi benteng itu dibunuh termasuk residen Van den Berg beserta keluarga
dan para perwira lainnya. Rakyat Maluku berhasil menduduki benteng Duurstede.
Setelah kejadian itu, Belanda mengirimkan pasukan yang kuat dari Ambon
lengkap dengan persenjataan di bawah pimpinan Mayor Beetjes. Ekspedisi ini
berangkat tanggal 17 Mei 1817. Dengan perjalanan yang melelahkan, pada tanggal
20 Mei 1817 pasukan itu tiba di Saparua dan terjadilah pertempuran dengan pasukan
Pattimura. Pasukan Belanda dapat dihancurkan dan Mayor Beetjes mati tertembak.
Belanda berusaha mengadakan
perundingan dengan Pattimura namun
tidak berhasil sehingga peperangan terus
berkobar. Belanda terus-menerus menembaki
daerah pertahanan Pattimura
dengan meriam, sehingga benteng
Duurstede terpaksa dikosongkan.
Pattimura mundur, benteng diduduki
Belanda, tetapi kedudukan Belanda
dalam benteng menjadi sulit karena
terputus dengan daerah lain. Belanda
minta bantuan dari Ambon. Setelah
bantuan Belanda dari Ambon yang
dipimpin oleh Kapten Lisnet dan Mayer datang, Belanda mengadakan serangan besarbesaran
(November 1817).
c. Akhir Perlawanan
Serangan Belanda tersebut, menyebabkan pasukan Pattimura semakin terdesak.
Banyak daerah yang jatuh ke tangan Belanda. Para pemimpinnya juga banyak yang
tertangkap yaitu Rhebok, Thomas Pattiwael, Pattimura, Raja Tiow, Lukas Latumahina,
dan Johanes Mattulessi. Pattimura sendiri akhirnya tertangkap di Siri Seri yang
kemudian dibawa ke Saparua. Belanda membujuk Pattimura untuk diajak kerja
sama, namun Pattimura menolak. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Desember 1817
Serangan Belanda tersebut, menyebabkan pasukan Pattimura semakin terdesak.
Banyak daerah yang jatuh ke tangan Belanda. Para pemimpinnya juga banyak yang
tertangkap yaitu Rhebok, Thomas Pattiwael, Pattimura, Raja Tiow, Lukas Latumahina,
dan Johanes Mattulessi. Pattimura sendiri akhirnya tertangkap di Siri Seri yang
kemudian dibawa ke Saparua. Belanda membujuk Pattimura untuk diajak kerja
sama, namun Pattimura menolak. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Desember 1817
Pattimura dihukum gantung di depan benteng Victoria
Ambon. Sebelum digantung,
Pattimura berkata ”Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu
kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”.
Tertangkapnya para pemimpin rakyat Maluku yang gagah berani tersebut
menyebabkan perjuangan rakyat Maluku melawan Belanda melemah dan akhirnya
Maluku dapat dikuasai oleh Belanda.
Pattimura berkata ”Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu
kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”.
Tertangkapnya para pemimpin rakyat Maluku yang gagah berani tersebut
menyebabkan perjuangan rakyat Maluku melawan Belanda melemah dan akhirnya
Maluku dapat dikuasai oleh Belanda.
No comments:
Post a Comment